Jumat, 04 September 2009

Garpu

Lalu kenapa garpu yang kau tunjukkan padaku
Bila semua bertanya padamu, siapa yang mengukir jasad ini
Yang terpotong lehernya, matanya lepas, tanpa kaki kiri, yang
Teronggok dengan biasa, di satu gang di Jakarta
Di depanmu itu, hari ini

Lalu kenapa garpu yang kau tunjukkan padaku
Sedangkan aku baru datang dari kampung, pagi ini
Dan aku baru mendengar tentang pembunuhan di depanmu,
Sekitar dua jam yang lalu dari tukang bubur ayam
Aku belum sarapan lalu kesini

Lalu kenapa garpu yang kau tunjukkan padaku
Dan kamu menangis di pundakku, tanpa berkata-kata lagi
Aku hanya bisa mendengarnya tanpa tahu harus apa aku ini
Air matamu, melinang membasahi bajuku, isak lagi
Kamupun masih memegang garpu itu

Lalu kenapa garpu yang kau tunjukkan padaku
ketika ini, aparat membentangkan batas garis-garis kuning hitam mengeliling
Mengitari rumah kontrakanmu yang telat kamu membayarnya ini
Melarang orang-orang berdesakan, dan seperti biasa
mereka mengolah mayat itu

Lalu kenapa garpu yang kau tunjukkan padaku,
Dan polisi menjabat tanganmu yang memegang garpu itu
Menandai wajahmu yang kososng, dengan banyak dugaan
Bahkan mereka akan menangkapmu, bila mungkin
Sebab kamu terus terisak, menangis

Lalu kenapa garpu yang kau tunjukkan padaku
Saat lelaki malang itu telah digotong ambulans ke RSCM
Menyisakan wajah-wajah penuh selidik para polisi
Serta desas-desus para, urban yang sok peduli
Menguasai dan menjajah kemerdekaanmu

Lalu kenapa garpu yang kau tunjukkan padaku
Tatkala aku merangkul pundakmu, mengajakmu ke rumah Tomo
Teman kita dari kampung yang ngontrak di RT sebelah
Untuk sedikit membuatmu tenang dan bisa bicara
Dan tentu untuk aku dan kamu sarapan

Lalu kenapa garpu yang kau tunjukkan padaku
Sebilah sesalkah yang akan kau katakan padaku darinya
Atau apakah, sebab aku, kamu dan Tomo tak kenal mayat itu
Dan kamu tak cukup takut untuk melihat mayat lalu menangis
Tapi siapa semua ini terhadapmu

Lalu kenapa garpu yang aku tunjukkan padaku
Saat Tomo datang membawa nasi uduk, untuk kita bertiga
Dan kita lalu lahap memakannya, hingga kau lepaskan garpumu
Lalu tanganmu merogoh saku celanamu....sebuah biji mata....
Dan kamu tersenyum padaku......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar